Selasa, 17 November 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Origami merupakan seni melipat kertas, yang terkenal berasal dari dan berkembang di Jepang. Sebagai hobi origami memang terlihat sepele, tapi jika dilihat sebagai sesuatu yang mendidik, origami akan bermakna sangat besar

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu seni origami ?
2. Apa itu seni makrame ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui  Apa itu seni origami
2. Untuk mengetahui  Bagaimana cara pembuatan seni origami
3. Untuk mengetahui  Apa itu seni makrame
4. Untuk mengetahui  Bagaimanakah cara pembuatan seni makrame














BAB II
PEMBAHASAN

ORIGAMI

2.1 Pengertian Origami
Origami (折り紙), dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern.
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Secara umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan sama sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan sebagainya.

2.1.1 Sejarah Origami di Jepang
Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama 1 di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasih yang bernama Ts’ai Lun. Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (Zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta. Kemudian seni ini berkembang mula-mula pada zaman Muromachi (1333-1568) dan kemudian pada Zaman Edo (1603–1868). Karena harganya yang sangat mahal pada masa itu, penggunaannya terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan seremonial seperti untuk Noshi. Terpisah dari itu, berkembang pula kesenian melipat kertas di Eropa, yang disebarkan dari Mesir dan Mesopotamia ke Spanyol pada abad ke-16 dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa barat. Sebuah karya origami tradisional berbentuk bangau. Untuk waktu yang lama, model-model yang dikenal hanya terbatas pada model-model tradisional seperti bangau di Jepang dan pajarita di Spanyol. Akira Yoshizawa (1911–2005) membuat inovasi dengan menciptakan model-model baru yang kemudian membawa perubahan besar dalam perkembangan origami. Beliau menciptakan sebuah sistem penggambaran sistemastis (yang disebut diagram)) untuk menunjukkan langkah-langkah pelipatan suatu model yang dapat disebarluaskan dan dipahami oleh banyak pihak. Sistem ini adalah dasar dari Sistem Yoshizawa-Randlett yang sekarang lazim digunakan untuk instruksi lipat model origami.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi. Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Dibandingkan kertas produksi mesin, serat dalam washi lebih panjang sehingga washi bisa dibuat lebih tipis, namun tahan lama, tidak cepat lusuh atau sobek. Origami merupakan kesenian tradisional dari Jepang.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong. Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yang terkenal kuat dan tidak mudah lusuh

2.1.2 Tokoh dan Seniman Origami
Seorang pembuat origami biasa disebut sebagai paperfolder (pelipat kertas). Para pelipat kertas ini bisa merupakan suatu kumpulan orang-orang dari berbagai latar belakang yang sangat berbeda seperti, seniman, ilmuwan atau juga para pecinta sepertiibu-ibu/orang dewasa, anak-anak, dan remaja. Bahkan para pendidik hingga ahli terapi. Pada umumnya, orang menganggap origami adalah oleh, dan, untuk anak-anak, atau sebagai pelatihan keterampilan. Akan tetapi, akhir-akhir ini origami telah menjadi populer sebagai sebuah bentuk hobi bagi orang dewasa. Maka dari itu, kegunaan origami tidak hanya sebagai seni keterampilan atau untuk membuat mainan dari kertas saja. Origami pun memiliki banyak kegunaan/fungsi bagi kehidupan masyarakat Jepang.
Dewasa ini seni origami sudah berkembang semakin maju dan banyak seniman origami bermunculan. Origami yang diciptakan oleh kalangan seniman ini benar benar sangat indah bercita rasa seni yang sangat tinggi. Susah untuk dipercayai bahwa banyak bentuk yang bisa diciptakan oleh selembar kertas utuh tanpa memotong ataupun menggunakan perekat namun hanya mengandalkan lipatan saja. Salah satu seniman origami paling terkenal saat ini adalah Satoshi Kamiya yang mampu membuat berbagai bentuk origami sulit hanya dari selembar kertas dan sekali lagi tanpa memotongnya sama sekali. Karya origami berbentuk seekor naga menurunya adalah yang paling sulit karena membutuhkan waktu sampai beberapa bulan untuk mengerjakannya. Karya sejenis juga banyak dijumpai namun banyak diantaranya yang dibuat bukan dari satu lembar kertas utuh jadi tingkat kesulitannya tentu saja berbeda.




Berikut ada beberapa tokoh dan seniman origami, antara lain :
1. Tokoh Origami:
Tomoko Fuse ,Robert J.Lang ,Akira Yozhizawa ,Kusho Uchiyama ,Ihara Saikaku, dan lain-lain.
2. Seniman Origami:
Chris Palmer ,Eric Gjerde ,Polly Verity ,Joel Cooper ,Christine Edison ,Ray Schamp ,Roberto Gretter ,Goran Konjevod ,Cristiane Bettens, dan lain-lain

2.1.3 Perkembangan Origami di Indonesia
Di Indonesia sendiri origami bisa dikatakan memiliki ruang khusus bagi penggemarnya. Sejak di Play Group hingga taman kanak-kanak (TK), pelajaran keterampilan melipat kertas sudah diajarkan, mulai dari melipat kertas menjadi kipas, bunga, sampai hewan. Tapi beranjak dewasa, seni keterampilan itu tidak lagi dipelajari di sekolah, lambat laun orang mulai melupakan seni lipat ini. Namun diluaran, seni melipat kertas justru berkembang pesat, bahkan menjadi nilai tersendiri yang bernilai seni.
Seni melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud bisa berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu. Dalam membuat origami dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan ketekunan.
Anda bisa menciptakan berbagai bentuk sesuai keinginan melalui teknik origami. Seni origami sangat menyenangkan. Tidak hanya anak-anak, kaum muda dan orangtua pun banyak yang menyukai kegiatan ini. Hal itu membuat origami sebagai salah satu seni kerajinan tangan yang berkembang cepat di dunia. Selain menyenangkan, kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, di  antaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Pasalnya, membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik. Tentu saja, dampaknya akan positif bagi perkembangan otak.

2.1.4 Manfaat Origami
Manfaat apa yang akan didapat saat belajar origami secara konsisten adalah:
a. Anda akan semakin akrab dengan konsep-konsep dan istilah-istilah Matematika geometri, karena pada saat bunda atau sorang guru menerangkan origami akan sering menggunakan istilah matematika geometri contohnya : garis, titik, perpotongan 2 buah garis, titik pusat, segitiga, dll.
b. Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motorik halus ananda , menekan kertas dengan ujung-ujung jari adalah latihan efektif untuk melatih motorik halus ananda.
c. Meningkatkan dan memahami pentingnya akurasi, saat membuat model origami terkadang kita harus membagi 2, 3 atau lebih kertas, hal ini membuat ananda belajar mengenai ukuran dan bentuk yang diinginkan serta keakuratannya.
d. Meningkatkan citra diri dan bakat ananda.
e. Saat bermain origami ananda akan terbiasa Belajar mengikuti instruksi yang runut.
f. Mengembangkan pemikiran logis
g. Bermain origami secara konsisten juga merupakan latihan berkonsentrasi, membuat sebuah model origami tentu saja membutuhkan konsentrasi,dan hal ini dapat dijadikan sebagai ajang latihan untuk memperpanjang rentang konsentrasi seorang anak, dengan syarat origaminya dilakukan secara kontinyu dan model yang diberikan bertahap dari yang paling mudah yang dapat dikerjakan oleh ananda lalu terus ditingkatkan sesuai kemampuanya.
h. Meningkatkan persepsi visual dan spasial
i. Mendapatkan untuk tahu lebih banyak tentang hewan dan lingkungan mereka, ha ini karena bentuk origami yang dibuat dapat dililih oleh kita dan dapat dijadikan sebagai media pengenalan hewan dan lingkungan ananda.
j. Memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak, bermain origami disertai komunikasi yang menyenangkan ini akan membangun ikatan yang sungguh baik antara anak dan orang tua atau guru dan murid.

2.1.5 Jenis - Jenis Origami
Mengenai masalah jenis origami, origami dikenal memiliki dua jenis model yaitu model tradisional dan model orisinal atau dapat disebut juga dengan model modern. Model tradisional merupakan model yang umum/populer dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain pertama kalinya. Meski jumlahnya banyak sekali,biasanya model tradisional ini merupakan bentuk-bentuk lama. Sementara model orisinal merupakan karya-karya kontemporer buatan masing-masing para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta mereka.

Untuk model atau bentuk tradisional, model yang sangat melekat dan terkenal bagi masyarakat Jepang, antara lain:
A. Tsuru (burung bangau)
Burung bangau memiliki sifat yang kuat, manis, cantik, dan mempunyai suara yang istimewa sehingga orang Jepang sangat menghargai arti pentingnya burung bangau ini. Oleh karena itu, bentuk tsuru atau burung bangau merupakan bentuk origami paling tradisional dan paling indah dan berkembang menjadi subjek favorit dari origami.
Menurut Meghan Krane dalam Wijaya (skripsi 2010:4-5) bentuk burung bangau pun dipilih sebagai subjek kebudayaan Jepang yang sangat berharga. Ada bermacam-macam versi bahwa burung bangau mempunyai arti dapat membawakan kehormatan, kesetiaan yang abadi, bahkan ada yang mengartikan bahwa pasangan pengantin akan selalu abadi tanpa berpisah. Simbol burung bangau ini banyak digunakan orang Jepang sebagai bahan lambing dan merupakan tema pada seni kerja yang terkenal. Oleh karena burung bangau disebut sebagai burung keagungan atau burung kemuliaan, dimana dapat dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia pada pendamping hidupnya.
Menurut legenda yang ada di Jepang, mengatakan bahwa barang siapa yang melipat 1000 bangau kertas (senbazuru) maka harapannya akan terpenuhi/dikabulkan, ataupun dapat menyembuhkan penyakit.
B. Katashiro
Bentuk katashiro ini telah dipergunakan pada masa kuno dalam upacara-upacara Shinto di Kuil Ise. Katashiro adalah representasi simbolik seorang dewa yang terbuat dari guntingan kertas khusus yang disebut jingo yoshi (kertas kuil). Bekas-bekas katashiro masih dapat dilihat dalam guntingan berbentuk manusia yang kini dipergunakan dalam berbagai upacara penyucian dan dalam guntingan berbentuk boneka yang dipamerkan dalam festival boneka di bulan Maret.
Sedangkan untuk model/bentuk modern
Perkembangan origami modern dipelopori oleh Akira Yoshizawa pada tahun 1950-an. Akira mempelopori origami modern dengan membuat origami dengan mengambil berbagai model realistik dari binatang, benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Model origami ini berbeda dengan origami tradisional Jepang yang telah ada sebelumnya Berbagai jenis bahan baik kertas atau material lembaran dipergunakan dan origami modern tidak sekedar melipat tetapi juga melibatkan teknik menggunting, merekatkan atau menjepit kertas.

Jenis-jenis origami modern yang ada saat ini, antara lain:
A. Origami Pureland
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan memudahkan para pemula dalam membuat suatu model origami. Pada origami, gaya pureland terdapat persyaratan unik bahwa dalam setiap langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Maka, lipatan yang digunakan hanyalah lipatan gunung dan lipatan lembah.


B. Origami Modular
Pada origami modular, dari setiap lembar kertas dibentuk menjadi sebuah modul. Seluruh modul selanjutnya disatukan dengan cara direkatkan atau dijepit menjadi suatu bentuk model tertentu, seperti binatang, bangunan atau bunga.
C. Origami Teknis
Berbeda dengan gaya origami lainnya yang banyak didasarkan pada cara coba-coba melipat agar menghasilkan suatu bentuk tertentu, pembuatan origami teknis (origami sekkei) diawali dengan mengkaji secara matematis bentuk-bentuk bidang yang diperlukan dari model yang akan dibuat lalu membuat pola dari jejak lipatan yang harus dibuat pada kertas.

2.1.6 Bahan dan Alat Untuk Membuat Origami
Namanya saja seni melipat kertas, bahan yang paling dibutuhkan tentu saja kertas itu sendiri. Bahkan, aslinya memang hanya dari selembar kertas tanpa tambahan bahan atau alat apapun. Standar karakteristik kertas agar mudah dan enak dilipat-lipat yaitu yang tipis namun kuat. Sebaiknya bukan kertas yang tebal (semacam karton tebal), atau terlalu lentur (seperti kertas tisu) karena itu akan menyulitkan.
Biasanya kertas yang digunakan untuk origami berwarna-warni. Warna umumnya hanya ada pada satu sisi sementara sisi lainnya putih polos. Akan tetapi, pada perkembangannya menjadi bermacam-macam, seperti berwarna pada kedua sisi atau bercorak/berpola sehingga semakin menarik
Jenis-jenis kertas yang biasa digunakan untuk membuat origami pada saat ini antara lain:
A. Kami adalah kertas berbentuk bujur sangkar ukuran 2,5 cm hingga 25 cm, dengan satu sisi berwarna dan sisi lainnya berwarna putih. Sisi yang berwarna ada yang berwarna gradasi, dua warna atau bermotif. Kami menyerupai kertas marmer yang kita kenal.
B. Washi adalah kertas tradisional yang umum digunakan untuk
membuat origami di Jepang. Kertas washi lebih tebal dan kuat dari kertas biasa, sangat menarik serta sangat mahal Kertas washi ini aslinya dipakai untuk pembatas ruang rumah tradisional di Jepang. Dimana menurut sejarahnya, sejak dahulu orang Jepang mempelajari cara untuk menggunakan serat kulit kayu dari semak belukar seperti kozo dan gampi untuk membuat kertas yang tipis tetapi kuat. Kertas tersebut digunakan di rumah-rumah untuk pintu geser fusuma dan pembatas byobu. Selembar kertas yang kuat diperlukan untuk hal ini, sehingga pabrik-pabrik mengembangkan teknik untuk menempatkan serat-serat tersebut dalam sejumlah lapisan. Kertas ini nantinya dapat digunakan untuk menutupi ruang-ruang kosong pada pintu geser shoji, yang memberikan kadar privasi tetapi sinar masih dapat menembusnya. Lentera chochindan lampu andon, yang banyak digunakan dari akhir abad ke-12 sampai abad ke-17 dan setelahnya, juga membiarkan sedikit sinar melewati kertas. Lentera chochin yang dapat dilipat membutuhkan kertas yang cukup kuat untuk menahan pengulangan proses melipat dan membuka lipatan setiap kali lampu ini disimpan, kemudian digunakan lagi nantinya. Jenis kertas tersebut merupakan kertas washi, yang kemudian dianggap cocok juga untuk origami. Kertas washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas Yen sangat kuat dan tidak mudah lusuh.
C. Kertas printer atau kertas fotokopi biasa, berat 70 – 90 gram. Umumnya digunakan untuk latihan membuat origami. Karena selain mudah didapat, harganya pun murah.
D. Kertas berlapis foil, memiliki warna mengkilap dari lapisan aluminium tipis di satu sisinya. Umumnya digunakan untuk membuatorigami bagi keperluan dekorasi. Sejalan dengan perkembangan zaman, bahan yang digunakan untuk origami tidak hanya kertas. Jenis material lembaran seperti seng atau aluminium juga digunakan untuk origami dengan tujuan tertentu. Walaupun demikian, kertas tetap merupakan bahan yang umum digunakan. Pada awalnya, origami tidak memerlukan alat apapun, karena hanya diperlukan keterampilan dalam melipat. Namun, pada beberapa gaya origami modern diperlukan beberapa alat dan bahan tambahan seperti gunting, perekat, cat warna dan klip kertas.

2.1.5 Cara Membuat Seni Origami
Bahan yang dipakai:
Kertas Origami

Cara Pembuatannya :
1. Siapkan kertas origami

2. Balikkan kertas, lipat jadi 2.

3. Lipat lagi sehingga ada 4 buah kotak kecil, seperti tampak pada gambar di bawah ini.



4. Lipat ke tengah kertas seperti ini.  gambar origami

5. Balikkan kertas

6. Lipat bagian kanan dan kiri secara diagonal menuju ke tangah kertas.

7. Balikkan kertas.






8. Pada bagian atas, sisi kiri dan kanan lipat lagi ke tengah-tengah kertas.

9. Hasilnya seperti ini.

10. Pada bagian atas, lipat bentuk diagonal, lakukan untuk sisi kiri dan kanan seperti gambar di bawah ini

11. Lipat ke bawah sehingga ujung atas bertemu bawah. Hasilnya tampak seperti ini.




12. Sisi yang bertemu, masukkan kedalamnya agar kuat.

13. Rapikan sebelah atas.

14. Lipat ke dalam bentuk diagonal pada sisi kiri dan kanan.

15. Pada ujung yang runcing sebelah atas, lipat kebawah. Lakukan untuk sisi kanan dan kiri. Hasilnya seperti tampak pada gambar di bawah ini.

16. Sekarang baliklah. Origami bentuk hati sudah jadi.
 
MAKRAME

2.2 Pengertian Makarame
Seni Kerjainan Makrame adalah seni kerajinan yang memanfaatkan tali dan benang untuk menciptakan aneka ragam aksesoris dan produk. Seni ini juga maerupakan salah satu contoh seni rupa terapan.
Awalnya kerajinan ini bermula dari teknik tali temali yang berhubungan dengan ikat dan simpul menyimpul yang kebanyakan dikerjakan oleh para pelaut diwaktu senggang. Mereka mencoba membuat berbagai akseseoris dan berbagai barang yang memanfaatkan tali di sekitar mereka. Selain itu mereka juga ada yang serius memanfaatkan makrame bukan hanya pekerjaan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang saja.
Secara umum bisa disimpulkan seni kerajinan Makrame adalah suatu bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul yang pembuiatannya dengan cara digarap menggunakan rangkaian benang awal dan akhir sebuah hasil tenunan, dengan menciptakan banyak simpul pada rantai benang itu sehinga terbentuk berbagai jumbai dan rumbai.
Namun hal yang harus diperhatikan, hasil akhir dari rangkaian itu dapat berbeda-beda. Hasil dari teknik seni ini bermacam-macam, diantaranya gelang tangan, tali ikat pinggang, tas tangan unik, kalung, tali kaca mata, hiasan dinding dan masih banyak yang lainnya.

1.2.1 Simpul – Simpul Dasar Pada Makrame
Pembuatan makrame menggunakan simpul-simpul dasar yang mendasari bentuk-bentuk karya yang disebutkan di atas. Beberapa jenis simpul dasar:
1. Simpul Kepala
Untuk ini diperlukan tali yang direntangkan sebagai tempat menyimpulkan simpul kepala. Simpul-simpul ini dibuat berulang dengan jumlah sesuai kebutuhan.
     

2. Simpul rantai
Untuk simpul ini tali-tali itu membentuk sebuah rantai

           
3. Simpul Mati
Dalam bahasa Sunda simpul mati disebut “cangreud mulang” sebaliknya simpul hidup disebut dengan istilah “tali sorog”. Dikatakan simpul mati ikatannya kuat sehingga susah dibuka, sedangkan simpul hidup ikatannya cukut kuat, tetapi sangat mudah untuk dibuka kembali.
         
4. Simpul Tunggal
Perhatikan baik-baik simpul tunggal ini (lihat gambar 5 a) sebab apabila diikuti langkah-langkahnya dengan menggunakan tali yang telah dipersiapkan, langkah-langkah itu sederhana saja. Hasil simpulannya akan tampak seperti tangga. Variasi bentuk dapat diputar kekiri atau kekanan. Sebaiknya lakukan percobaan simpul ini untuk menghasilkan variasi yang menarik.
           
5. Simpul Ganda
Ikuti langkah membuat simpul ganda dengan menyiapkan dua utas tali yang berbeda warnanya, agar jalinan kedua utas tali itu tampak jelas. Variasi simpul ganda dapat dilihat pada gambar di Bawah ini,. Sedangkan pada gambar paling bawah kita dapat melihat gabungan antara dua macam simpul.
           
6. Simpul Gordin
Simpul ini dibuat untuk membuat variasi ikatan, merupakan deretan simpul yang hampir menyerupai garis yang bergandengan terputus-putus. Simpul ini dapat dibuat dalam berbagai variasi, diantaranya: vertikal, diagonal dan 5 horizontal. Kegunaan simpul diperuntukan untuk membuat variasi ikatan dalam membuat gordin, tirai, atau partisi ruang. Gambar 6 Simpul Gorden
                     



1.2.2 Cara Pembuatan Seni Makrame
Alat dan Bahan :
Dua pita kain yang berbeda warna dengan ukuran ± 1,5 m dan lebar 7 mm.
Tempat kunci
Gunting

 Cara Membuat:
1. Sediakan pita kain dalam 2 warna, misalnya warna merah dan kuning.
2. Gunting ujung kedua pita, kemudian masukkan ke dalam ring tempat kunci. Tarik dan samakan panjangnya, sehingga pita menjadi rangkap empat.

3. Rapikan kemudian disimpul mati dan pita siap dianyam.

4. Jepit pita diantara jari telunjuk dan jari tengah, kemudian mulailah menganyam !

Cara Menganyam :
1. Letakkan pita bersilang, seperti tanda tambah (+)

2. Silangkanlah pita 1 ke kiri melalui pita 2a !


3. Silangkanlah pita 2a ke atas melalui pita 1 !

4. Silangkanlah pita 1a ke kanan melalui pita 2a !

5. Silangkanlah pita 2 ke bawah melalui pita 1a dan masukkan ke pita 1 !

6. Tariklah keempat ujung-ujung pita sehingga anyaman menjadi rapi !

7. Setelah itu buatlah anyaman berikutnya seperti cara di atas !
(lakukan sesuai petunjuk mulai langkah no 1 – 6 )



8. Lakukan/ buatlah hingga sampai keempat pita tersebut menjadi pendek (kira-kira 5 cm)
Kemudian ikatlah ujungnya ! Untuk mempercantik gantungan, bisa diberi aksesoris berupa lonceng kecil.

















BAB III
PENUTUP

Demikian penulisan makalah tentang Origami dan Makrame. Harapan penyusun semoga penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini, maka penulis atau penyusun dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:

3.3    Kesimpulan
Origami merupakan seni melipat kertas, yang terkenal berasal dari dan berkembang di Jepang. Untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah. Seni Kerjainan Makrame adalah seni kerajinan yang memanfaatkan tali dan benang untuk menciptakan aneka ragam aksesoris dan produk. Seni ini juga maerupakan salah satu contoh seni rupa terapan. pembuiatannya dengan cara digarap menggunakan rangkaian benang awal dan akhir sebuah hasil tenunan, dengan menciptakan banyak simpul pada rantai benang itu sehinga terbentuk berbagai jumbai dan rumbai.

3.3.1 Saran
Pengertian origami dan makrame, manfaat origami dan makrame, Jenis origami, dan factor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan origami dan makrame hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan seni dengan benar, sehingga tujuan pendidikan dalam seni akan benar-benar dapat dicapai




LAMPIRAN GAMBAR ORIGAMI DAN MAKRAME































DAFTAR PUSTAKA

Kamaril, Cut. 2002. Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. 2010. Seni Budaya Dan Ketrampilan Untuk Sekolah Dasar Kelas Lima. Jakarta: Erlangga

Sumber Lain:
http://buku.tokobagus.com/tehnik-keahlian/makrame-seni-kerajinan-memanfaatkan-tali-dan-benang-untuk-membuat-aneka-ragam-produk-dan-asesoris-2323889.html
http://www.artikata.com/arti-339434-makrame.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/kerajinan_makrame_%28makalah%29.pdf


Tugas Makalah Pendidikan seni rupa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Pendidikan seni merupakan salah satu pendidikan untuk mengembangkan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi manusia yang kreatif.
Pendidikan seni rupa sesungguhnya merupakan istilah yang baru digunakan dalam dunia peersekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Materi yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa seperti mematung,mencetak,menempel, melipat dan juga apresiasi seni lainnya.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa peranan guru didalam pendidikan seni rupa ?
2.      Apa peranan pendidikan seni rupa sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional ?

1.3         Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa peranan guru didalam pendidikan seni rupa
2.      Untuk mengetahui  Apa peranan pendidikan seni rupa sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional







BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Peranan Guru Dalam Pendidikan Seni Rupa
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan. Di ruangan kelas, setiap saat guru senantiasa diperlukan siswanya.
Peran kunci guru seni, tidak lagi terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggambar, atau memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih terfokus kepada penciptaan suasana yang akrab serta adanya penerimaan guru atas pribadi para siswa yang beranekaragam dengan karya dan gagasan mereka yang bervariasi pula. Dalam keseluruhan penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah, peranan guru adalah memberi inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu menerjemahkan gagasa, perasaan dan reaksi siswa ke adalam bentuk-bentuk karya seni yang terorganisasi secara estetis (Jefferson, 1969) atau menciptakan iklim yang menunjang bagi kegiatan “menemukan”, “eksplorasi”, dan “produksi”. Peranan ini dapat dimainkan guru, baik pada saat awal atau di tengah pelajaran sedang berlangsung. Tentu saja, untuk dapat berperan seperti ini guru perlu “mengasah” kepekaan rasa seninya secara memadai, melalui kegiatan belajar yang terus menerus (belajar diartikan: mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya).
Tugas-tugas guru seni sebetulnya cukup jelas dan spesifik tetapi jangan diartikan secara kaku. Yang penting, tetaplah berorientasi kepada kebutuhan belajar siswa.
Tugas-tugas guru paling sedikit meliputi lima kegiatan penting, yaitu:
1.      Merancang
2.      Memotivasi
3.      Membimbing
4.      Mengevaluasi
5.      Menyelenggarakan pameran

Berikut ini akan dibahas salah satu tugas yang sangat penting bagi guru dan perlu dikembangkan, tetapi sering diabaikan yaitu memotivasi. Sering dikemukakan orang bahwa kegiatan berkarya seni, anak-anak tidak perlu dimotivasi, karena mereka sudah dengan sendirinya menyukai kegiatan ini. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana terbukti dalam kenyataan. Tidak semua anak secara spontan mampu berkresi, sekalipun ia berada pada fase perkembangan yang disebut “the golden age of creative expression” (masa keemasan ekspresi kreatif), sekitar usia kelas I-III SD. Kiranya faktor lingkungan budaya turut memegang peranan penting dalam hal ini. Spontanitas berekspresi-kreatif pada anak hanya terjadi jika didukung oleh iklim yang menunjang dan melalui serangkaian pengalaman berkesenian, baik dalam bentuk kegiatan apresiasi maupun kreasi.
Beberapa cara yang dapat dijadikan alat memotivasi oleh guru pada awal pelajaran seni rupa yaitu :
1.      Insentif
Insentif disini lebih diartikan sebagai penguatan (reinforcement) bersifat non-material, yang memungkinkan para siswa tergugah minatnya untuk mengikuti pelajaran. Bentuknya antara lain berupa : kata-kata pujian, gerak mimik, acungan jempol, atau tanda persetujuan dan penerimaan guru kepada siswa yang mengemukakan gagasan menarik. Hal ini dapat dilakukan terutama diskusi awal.
2.      Membangunkan pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi emosional)
Membangunkan ingatan perlu dilakukan, untuk mengungkapkan kembali pengalaman siswa di masa lalu yang mungkin sudah dilupakan. Caranya, dengan melakukan pancingan-pancingan kata-kata, kalimat pernyataan atau pertanyaan yang tak perlu dijawab secara verbal.
3.      Pengamatan langsung kepada objek di lingkungan
4.      Asosiasi gagasan dengan bahan/media dan perluasan pengetahuan.
Asosiasi gagasan dengan bahan. Artinya, setiap jenis bahan yang digunakan memiliki karakter khusus yang memancing ide penciptaan.
Memperluas pengetahuan artinya, guru berupaya agar pengetahuan siap mengenai suatu objek yang telah dimiliki siswa, ditambah, diperkaya ileh guru maupun siswa-siswa lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi pada tahap awal, pada waktu kegiatan berlangsung atau setelah hasil karya selesai dibuat siswa. Pengetahuan yang luas akan memperlancar proses kreasi, bahkan meningkatkan daya tarik hasil karya.

Akhirnya guru perlu memperhatikan juga kapan saat-saat yang tepat diberikannya motivasi, jangan sampai mengganggu siswa yang sedang asik bekerja (Wachowiak dan Clements, 1993)

2.2         Peran Pendidikan Seni Rupa Sebagai Bagian Dari Tujuan Pendidikan Nasional
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan.Secara hierarki, tujuan pendidikan seni bersifat kontinum, mencakup tujuan yang ideal sampai kepada tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang dimaksud mencakup :
1.      Tujuan pendidikan nasional
2.      Tujuan institutional
3.      Tujuan kurikuler
4.      Tujuan intruksional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut, para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki tersebut dan kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan suatu usaha atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan menerjemahkan tujuan-tujuan dalam pendidikan.
Secara khusus, tujuan kurikuler pendidikan seni rupa dirumuskan Kaufman (1966: 33) yaitu “Art education seeks to develop sensitive, imaginative, creative, and artistically, emotionally, and intellectually through active expression or reflective appreciation in the art”.  Pendapat ini sama dengan tujuan dan fungsi pendidikan seni di Indonesia yang dirumuskan Depdiknas (2003: 7) bahwa: “Mata pelajaran kesenian memiliki fungsi dan tujuan menumbuh kembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan mempergelarkan karya seni.
Dalam perkembangannya, pendidikan seni rupa memiliki peranan yang penting, tidak lagi hanya pendidikan menggambar dan ekspresi bebas yang dikenal sebelumnya. Peranan pendidikan seni berupaya membangun sosok pribadi secara menyeluruh, pribadi yang seimbang antara perkembangan logika, etika, dan estetika.
Mcfee (1969: 8) menulis pendidikan seni rupa sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya, untuk meningkatkan lingkungan, dan untuk memotivasi dan mendidik individu. Pendapat itu sama dengan yang diungkapkan Mattulada (1992: 5) bahwa pendidikan seni sebagai sarana pendidikan formal dan nonformal berperan untuk mengorelasi dan mengembangkan gagasan-gagasan, nilai-nilai, dan pikiran-pikiran tentang keindahan yang terdapat dalam khasanah ideal atau sistem budaya sesuatu persekutuan hidup, masyarakat atau bangsa.
Pendapat di atas menjelaskan kedudukan seni rupa sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dapat dikatakan pewarisan budaya yang menjadi identitas bangsa dapat berjalan dengan berkesinambungan. Selain berperan dalam penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai, pendidikan seni rupa juga berperan memupuk pengertian dan kesadaran mencintai lingkungan hidup. Termasuk menggugah kesadaran hidup berkelompok, serta untuk mendorong dan meningkatkan potensi pribadi siswa secara komprehansif.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Depdiknas, dalam kurikulum 2004, merumuskan peranan seni secara terpadu, yaitu: “Mata pelajaran kesenian memiliki fungsi dan tujuan menumbuh kembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan mempergelarkan karya seni (Depdiknas, 2003: 7).”
Pada bagian rasional, secara jelas peranan pendidikan kesenian khusunya seni rupa dalam konteks pendidikan untuk mengoptimalkan seluruh potensi siswa secara komprehensif. Hal ini menjadi dasar pertimbangan bahwa mata pelajaran seni rupa perlu diberikan di sekolah dengan pertimbangan :
1.      Pembelajaran seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetis, dan artistikanya, serta etikanya dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan :
A.    Emosional (EQ)
B.     Kecerdasan intelektual (IQ)
C.     Kecerdasan adversitas (AQ)
D.    Kreativitas (CQ)
E.     Spiritual dan Moral (SQ)
Dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati.
2.      Pembelajaran seni rupa memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan indrawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.






























BAB III
PENUTUP

Demikian penulisan makalah tentang Peranan Guru Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Seni Rupa Sebagai Tujuan Pendidikan Nasional. Harapan penyusun semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini, maka penyusun dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut :

3.3 Kesimpulan

  • Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan.
  • Tujuan pendidikan seni bersifat kontinum, mencakup tujuan yang ideal sampai kepada tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang dimaksud mencakup :
- Tujuan pendidikan nasional
- Tujuan institutional
- Tujuan kurikuler
- Tujuan intruksional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut, para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki tersebut dan kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan suatu usaha atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan menerjemahkan tujuan-tujuan dalam pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA

Tim Bina Karya Guru. 2010. Seni Budaya Dan Ketrampilan Untuk Sekolah Dasar Kelas Lima. Jakarta: Erlangga